Friday, June 12, 2009

Sebuah Awal dan Akhir





Kutemukan ujung dari kisah yang terlepas. Tertanam pada sebuah jejak samar yang tak kuasa lagi terbaca. Kita lupa, pada indahnya temaram kota-kota tua. Sepeda-sepeda renta. Tembok-tembok suram yang menyaksikan sebuah cahaya yang turun di tengah kesunyian.

22 Desember 1993..

Suara tangis memecahkan langit subuh yang sunyi. Seseorang berhasil membujuk maut agar diberi kesempatan untuk menjaga nyawa hingga dewasa. Dengan penuh harap ia menggendongnya, menatapnya dengan meneteskan air mata bahagia. Sungguh hari itu aku telah memberikannya sebuah kebahagiaan yang takkan pernah ia lupakan. Namun sekarang aku menangis. Menyesali apa yang telah kuperbuat pada surga yang menjadikanku ada dan merasakan segalanya.

Aku merindukanmu lagi. Sebab tak sengaja kubuka catatan yang kusimpan rapi di sela genangan air mata. Senyummu, genggaman tanganmu, matamu yang selalu membuatku kecil dan tak berarti apa-apa.. aku tak tahu mengapa aku bisa begitu hilang tanpamu. Apa yang telah terjadi pada kita tahun-tahun itu? aku tahu, kau selalu memberikan senja yang takkan pernah hilang dari lelahku. Kupandang sampai terpejamlah mata. Lalu kau selimuti aku dengan senyum sehingga aku merasa nyaman dalam ketiadaan. Dalam kealpaan yang baru kusadari setelah langkahmu tak lagi dapat kugapai...

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search